Pegiat Literasi Medsos Sebut Bonus Demografi adalah Kekuatan Bangsa
Jakarta, TabloidSeleberita.com – Bonus demografi adalah kondisi yang terjadi saat sebuah negara memiliki jumlah penduduk usia produktif yang lebih tinggi daripada penduduk usia non-produktif. Bonus demografi dikaitkan dengan munculnya suatu kesempatan yang disebut dengan jendela peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini diungkapkan oleh Saiful, Pegiat Literasi Medsos kepada awak media, dalam suatu acara bincang publik di Jakarta, baru-baru ini. Dikatakannya, bonus demografi dapat bermanfaat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi kekuatan bangsa Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi merupakan instrumen yang sangat baik dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, bonus demografi yang dimanfaatkan dengan optimal akan mengurangi kemiskinan dengan signifikan.
Namun demikian, melimpahnya penduduk bisa menciptakan kondisi yang buruk jika tidak dikelola dengan baik. Melimpahnya penduduk usia kerja yang tidak memiliki keahlian dan keterampilan dapat meningkatkan tingkat pengangguran, tingkat kriminalitas, tingkat kemiskinan, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, berbagai kebijakan perlu dirumuskan untuk dapat memetik manfaat melalui jendela peluang yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030-2040 di Indonesia.
“Dalam mengoptimalkan manfaat bonus demografi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu dengan mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan dan pelatihan, memperluas pasar tenaga kerja, mengelola pertumbuhan populasi, dan meningkatkan tingkat kesehatan penduduk,” ujar Saiful.
Trend positif tentang kedatangan bonus demografi masih akan berlanjut sejak 2020-2030. Pada rentang waktu ini, beban ketergantungan penduduk usia anak-anak dan beban ketergantungan penduduk usia tua berada pada posisi paling optimal.
Saiful mengatakan, setelah tahun 2030 beban ketergantungan penduduk usia tua akan meningkat sehingga beban ketergantungan total akan naik kembali. Diperkirakan bonus yang dapat disumbangkan oleh penduduk usia kerja akan menjadi makin kecil karena harus menanggung beban ketergantungan penduduk usia tua yang jumlahnya akan semakin bertambah.
Oleh sebab itu, bonus demografi tahap kedua ini perlu diwaspadai dan dipersiapkan dengan baik agar bonus demografi ini dapat memberikan bonus ekonomi dan bukan beban ekonomi (Sri Maryati, 2015).
Sri Murtiningsih Setyo Adioetomo (2014) mengungkapkan, apabila pemerintah dapat
mengelola bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini, maka pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 15 persen dapat dicapai. Di ASEAN sendiri, porsi 30 persen dari pertumbuhan ekonominya disumbang dari bonus demografi.
Ledakan penduduk usia kerja ini akan memberikan keuntungan ekonomi apabila memenuhi persyaratanan sebagai berikut (Jati, 2013):
1 Penawaran tenaga kerja (labor supply) yang besar dengan kualitas yang memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja
2 Meningkatkan pendapatan per kapita karena mendapat kesempatan kerja yang produktif.
3 Peningkatan peranan kaum perempuan di pasar tenaga kerja karena jumlah anak yang
semakin sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja dan membantu
peningkatan pendapatan keluarga.
4 Terjadi peningkatan tabungan (savings) masyarakat yang diinvestasikan secara produktif.
5 Adanya peningkatan investasi sumberdaya modal manusia (human capital).
Kekuatan dari bonus demografi tersebut adalah dengan lahirnya generasi milineal yang berbeda karakter dengan generasi sebelumnya yaitu kepintaran dan keakraban dengan teknologi digital.
Generasi milineal mempunyai ciri yang unik yaitu cenderung kreatif, mempunyai passion yang inovatif dan produktif. Ciri yang membedakan dengan generasi sebelumnya adalah generasi milineal tidak bisa lepas dari teknologi dalam semua aktivitasnya.
“Strategi lain untuk memaksimalkan potensi generasi milenial dalam menghadapi bonus demografi adalah dengan membentuk para wirausaha baru sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kompetensi tenaga keja melalui pelatihan dan pengembangan ketrampilan dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja,” tukas Saiful. and