Tabloidseleberita. – Film Pulung Gantung, yang diproduksi oleh Kura-Kura Ijo, diangkat dari fenomena misteri nyata di Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana terjadi serangkaian kasus bunuh diri yang dikaitkan dengan mitos lokal. Fenomena Pulung Gantung ini dipercaya melibatkan kemunculan bola api misterius di langit yang menandakan kematian mendatang bagi siapa saja yang melihatnya.
Disutradarai oleh Adriansyah, film ini tidak berfokus pada horor melainkan lebih pada elemen misteri yang menegangkan, dengan narasi yang mengeksplorasi mitos lokal dan penyebab di balik kematian-kematian tersebut. Adriansyah berharap film ini dapat membuka perspektif baru terhadap fenomena tersebut, menekankan bahwa fenomena ini adalah misteri yang seharusnya dipecahkan, bukan dilestarikan sebagai warisan budaya.
“Sangat tidak tepat jika sebuah lembaga pemerintah menyebut fenomena ini sebagai warisan budaya. Menurut saya, ini adalah misteri yang harus dipecahkan, bukan dilestarikan sebagai bagian dari budaya kita,” tegas Adriansyah.
Cerita film ini mengikuti Maya, seorang jurnalis investigasi yang diperankan oleh Alexandria, dalam penyelidikannya terhadap serangkaian kematian di Gunung Kidul. Dibantu rekannya, Rama, Maya berusaha mengungkap kebenaran di balik kepercayaan masyarakat tentang Pulung Gantung. Sepanjang perjalanan, mereka mendapati bahwa ada kekuatan yang lebih gelap di balik kematian-kematian tersebut, membuka lapisan konspirasi yang tak terduga.
Alexandria, aktris muda berbakat, dipercaya untuk memerankan karakter utama, Maya, seorang jurnalis investigasi yang ditugaskan menyelidiki serangkaian kematian misterius di Gunung Kidul.
Film itu menjadi debut besar Alexandria sebagai pemeran utama dalam genre misteri.
“Saya sangat antusias bisa terlibat dalam film ini dan memerankan karakter Maya yang penuh tantangan. Karakter ini memberikan saya kesempatan untuk menggali emosi dan rasa takut yang dalam,” ungkap Alexandria.
Pulung Gantung diproduksi di lokasi nyata Gunung Kidul untuk menciptakan kesan autentik. Produser Rida Melinda Azmi menyatakan bahwa film ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mempercayai mitos secara membabi buta, sekaligus menyampaikan pesan yang lebih besar tentang bunuh diri.
“Film ini dianggap provokatif karena mengangkat isu-isu yang sensitif, seperti bunuh diri, yang memang menjadi perhatian publik. Namun, bagi saya, ada pesan yang lebih besar, yaitu edukasi masyarakat agar tidak mempercayai mitos secara membabi buta,” kata Rida.
“Film ini harus menghasilkan gambar yang megah, latar yang mendukung, dan cerita yang memikat. Itu standar yang kami pegang sebagai produser,” tutup Maria. (AA)