Tabloidseleberita – Kaum perempuan harus berkaca pada keberanian dan ketegaran Sayidah Aisyah dalam menghadapi segala.cobaan dan rintangan termasuk hoax.
Disisi lain, tidak sedikit yang menandaskan, bila kita memuji diri sendiri, itu katanya lebay, umuk, sombong, dan seabreg stigma negatif lainnya. Benarkah begitu?
Menurut penulis dari sudut yang berbeda, penabalan itu tidak sepenuhnya benar. Tidak apa-apa kok memuji diri sendiri. Kenapa begitu, karena Sayyidah Aisyah juga pernah memuji dirinya sendiri. Tapi tentu saja hal itu dilakukan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT.
Kesejatian riwayat itu bisa kita baca didalam kitab Tafsir Ahkam Rowaiul Bayan karangan Dr. M.Ali Ash Shobuniy, Juz 2, Muhadhoroh IV, ketika As Shobuniy menafsirkan Surah An Nur ayat 22-26 yang berisi tentang pembebasan Sayidah Aisyah dari fitnah hingga dikenal dengan sebutan “haditsul ifki” (berita bohong).
Hoax (fitnah) itu mengabarkan, bahwa Sayyidah Aisyah dituduh berselingkuh dengan seorang laki-laki yang bernama Shofwan bin Muathol, seorang ‘driver ‘ atau ‘yang kerjanya nuntun (mengarahkan) onta dan sekedupnya (gubug di atas punggung onta/ pelana /tempat duduk dari kayu yang dipasang di punggung unta).
Dengan hiax yang tersebar itu, Sayyidah Aisyah merasakan kesedihannya dan berupaya menahan diri dengan tinggal di rumah orang tuanya, yakni sahabat Abu Bakar As Siddiq r.a yang sangat menyayanginya. Setidaknya selama 2 bulan fitnah besar menimpa dan menyiksa Aisyah.
Berdasar pada riwayat yang ada, pemicu atau penebar fitnah atau hoax itu adalah seorang munafiq yang bernama Abdullah bin Ubay bin Salul.
Sayangnya, dalam kondisi keluarga Nabi sedang berduka dan tertekan atas fitnah tersebut, ujug-ujug malah ada salah seorang kerabat sahabat Abu Bakar yang malah ikut bergabung dengan gerombolan munafiq tersebut. Kerabat Abu Bakar itu bernama Misthoh. Sejatinya Misthoh ini adalah kerabat yang miskin dimana kebutuhan kesehariannya dibantu oleh Abu Bakar As Shidiq. Tapi dasar orang tidak tau diuntung dan berhati dengki, disokong finansial malah menikam dari belakang dengan ikut-ikutan menebar fitnah alias hoax.
Karena rasa kecewanya kepada Misthoh, Abu Bakar sempat bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthoh dalam urusan finansial. Tapi dilalahnya sumpah serapah Abu Bakar terhadap perbuatan Misthoh tersebu ia malah mendapat teguran dari Allah SWT sehingga pada akhirnya Abu Bakar mencabut kembali sumpahnya itu dan berjanji akan tetap memberikan bantuan finansial kepada Misthoh, kerabatnya yangg dhuafa itu ( QS.An Nur : 22).
Dan setelah melewati masa prihatin yang cukul panjang, akhirnya Sayyidah Aisyah dinyatakan terbebas dari fitnah tersebut dengan diturunkannya ayat QS An Nur ayat 26.
وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌࣖ ٢٦
al-khabîtsâtu lil-khabîtsîna wal-khabîtsûna lil-khabîtsât, wath-thayyibâtu lith-thayyibîna wath-thayyibûna lith-thayyibât, ulâ’ika mubarra’ûna mimmâ yaqûlûn, lahum maghfiratuw wa rizqung karîm
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia
Awalnya Rasulullah SAW mendiamkan saja berita hoaks tersebut, akan tetapi karena sudah lebih satu bulan Malaikat Allah tidak kunjung datang mengantarkan Wahyu, maka Rasulullah lama kelamaan gelisah, sehingga beliau minta pendapat beberapa sahabat seperti kepada sahabat Ali bin Abi Thalib, Usama bin Zaid dan lain lain.
Peristiwa yang menyebabkan adanya fitnah tersebut adalah ketika Sayidah Aisyah bersama para rombongan tentara pulang dari medan perang yang terkenal dengan sebutan Perang Bani Mustholiq. Tetiba di perjalanan, Sayyidah Aisah berhajat untuk ke toilet.
Nah, setelah dari toilet Sayidah Aisuah merasa perhiasannya hilang. Ada riwayat yang menerangkan kalungnya, tapi ada yang meriwayatkan gelangnya yang hilang. Maka dia pun kembali ke toilet untk mencari perhiasannya yang hilang. Setelah ketemu maka diapun kembali ke ‘sekedupnya’.
Subhanallah…, ternyata sekedup yang ia tumpangi sudah meninggalkan tempat karena sang supir mengira S.Aisyah sudah berada di dalam sekedup. Sang supir yang sejak awal menuntun onta tidak bisa membedakan apakah Siti Aisyah sudah di dalam sekedup atau belum karena memang badannya kecil dan ringan.
Karena merasa lelah S. Aisyah pun tertidur di jalan tempat berhentinya sekedup tadi.Nah, di tengah kegelapan malam dimana udara sangat dingin, pada saat itu muncullah seorang tentara yang bertugas menyisir jalan yang dilewati tentara Rasulullah. Tentara yang bertugas melakukan penyisiran tersebut menemukan tanda-tanda hitam di tengah jalan. Setelah diamati dengan saksama, ternyata itu adalah Siti Aisyah.r.a, karena kebetulan tentara tersebut mengenal wajah dan postur Siti Aisyah. Sebagai catatan, saat itu ayat mengenai hijab belum lagi diturunkan.
Seorang tentara yang terkenal dengan nama Sofwan bin Al Muatthol tersebut tersentak seraya membaca kalimat tasbih. Ia pun menundukkan onta serta sekedup dan mempersilakan Siti Aisyah naik ke atas sekedup. Tanpa keraguan dan berpikir panjang Aisyah pun naik. Dan itu karena Siti Aisyah mengenal bahwa laki-laki tersebuat adalah termasuk tentara kaum muslimin. Tentaranya Rasululah SAW.
Dari peristiwa itulah mata-mata kaum munafiq dan sekongkolnya menebarkan fitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh. Ajaibnya berita tersebut telah sampai ke seantero kota Madinah, justru sebelum Rasulullah sendiri sampai di kota Madinah.
Dag dig dug der…Mungkin itulah gambaran perasaan Rasulullah ketika mendengar berita hoaks yang mengakibatkan seluruh keluarga Rasulullah dibuat sedih bahkan seluruh kaum muslimin ikut merasakannya.
Fitnah yang bersumber dari orang munafiq ini pun berbuntut panjang sampai kelak mempengaruhi pada sikap politik Siti Aisuah sepeninggal Rasulullah SAW.
Sebagai perempuan tentu kita bisa menghayati bagaimana hancurnya perasan Rasulullah dan Siti Aisyah sendiri. Alfitnatu asyaddu ninal qotl betul-betul menimpa kepada salah seorang ummul mukminin yang sangat disayang oleh Rasululloh.
Bayangkan, setingkat Ummul m
Mukminin saja ditimpa fitnah yang begitu dahsyat. Tapi tentu ada hikmah yang sangat besar, yakni melatih kesabaran dan meningkatkan derajatnya.
Dari peristiwa di atas, sebagai seorang perempuan dan seorang ibu, ‘Hari Ibu’ yang baru saja lewat tentu menjadi momen yang tepat bagi semua ibu untuk merenung tentang pahit getir dan manisnya kehidupan yang sudah dilalui.
Di momen ‘Hari Ibu’ 2023 , penulis mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri, memuji diri sendiri, memaafkan kesalahan diri sendiri, berbangga pada diri sendiri, bahkan memberikan hadiah pada diri sendiri. Tapi tentu dalam rangka bersyukur kapada Allah SWT atas segala nikmatNya yang tak terhingga. “Maha Suci Allah” atas segala karuniannya.
Aku (penulis) adalah seorang ibu dari satu putra dan dua putri serta tujuh cucu yang sangat penulis cintai. Aku adalah seorang istri yang sangat menyayangi pasangan dan kami pun saling menyayangi serta memahami kekurangn masing-masing.
Ketika diantara kami ada yang kekurangan, maka kami saling membantu dan menutupi kekurangan masing-masing. Apabila pasanganku sedang punya fikiran dan kehendak yang keras, maka aku belajar melendek dan menahan diri. Kami selesaikan semua masalah tanpa menimbulkan masalah baru yang lebih ruwet dan berat.
Sejatinya ‘Kami’ adalah pasangan yang harmonis dan tidak pernah bersitegang hingga menyebabkan gab diantara kami. Saling mendukung dalam berjuang dan berkarya. Saling memuji apabila ada yang berprestasi diantara kita. Saling menguatkan ditengah gelombang kehidupan agar selamat bersama. Rukun damai sejahtera soleh-solehah adalah cita-cita kami dalam berumah tangga. Satu kata yang selalu menjadi cara kami untuk istiqomah dalam damai, yakni ‘Komunikasi’.
Setidaknya ’39’ tahun sudah kami lalui bahtera rumah tangga dengan penuh kesabaran dan berserah diri kepada Allah SWT. Aku ingin menjadi ibu yang terbaik, dan aku adalah ibu yang terbaik buat anak-anaku. Dan aku adalah istri terbaik buat pasangan hidupku. Segala Puji Bagi Engkau Ya Rabb. Tak ada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur. Karena seberat apapun ujianku tak seberat ujian Ummul Mukminin, Sayyidah Aisah r.a.
Ujian berat Sayidah Aisyah membuahkan karomah bagi dirinya. Paling tidak ada sembilan (9) karomah atau keistimewaan yang dia miliki yang tidak dimiliki oleh Ummul Mukminin yang lain.
Sayidah Aisyah berkata, ” Inilah 9 keistimewaanku :
1.Malaikat jibril membawa fotoku ketika Allah memerintahkan Rasulullah untuk menikahiku.
2.Saya dinikahi dalam keadaan masih gadis, berbeda dengan istri-istri Nabi yamg lain.
3.Rasulullah wafat dan mustakanya berada di pangkuanku.
4.Rasulullah dimakamkan didalam kamarku dan di kamarku dipenuhi oleh para Malaikat.
5.Ketika Eahyu diturunkan sedangkan saat itu Rasulullah sedang bersamaku, maka aku santai saja menemani di sampingnya. Hal ini tidak pada istri-istri yang lain.
6.Aku adalah putri Khalifah Abu Bakar yang selalu mendampingi Rasulullah.
7.Diturunkan kepadaku ayat dari langit untuk membebaskan aku dari finah besar.
8.Aku adalah orang terbaik (thoyyibah)
yang dinikahi oleh laki-laki terbaik ( thoyyib)
9.Aku termasuk orang yang dijanjikan dan dijamin oleh Allah untuk kelak mendapat maghfiroh dan menjadi penghuni Surga”.
Itulah pujian Siti Aisyah atas dirinya yang begitu luar biasa. Maka aku pun tidak takut memuji diriku sendiri bahwa aku adalah Istri Terbaik bagi suami terbaik, dan Ibu Terbaik bagi generasiku yang terbaik.
Selamat Untuk Diriku di Hari Ibu 2023. Salam
Umdah Hasan
Pengasuh Ponpes As Saidiyyah 2 Bahrul Ulum